Perkembangan alat percetakan dewasa ini kian canggih dengan berkembangannya teknologi dan pengetahuan. Sebelum percetakan secanggi sekarang, ada baiknya kita menengok kebelakang bagaimana sejarah perkembanga alat percetakan.
Let’s go !!!
Sekilas tentang sejarah percetakan sejarah percetakan perkembangan printer, ketika orang-orang Cina pertama kali menemukan teknik percetakan pada abad ke-14, mungkin ketika itu tidak terbayangkan kalau perkembangan teknik percetakan dewasa ini akan maju sangat pesat melebihi bayangan yang ada pertama kali ketika menemukan percetakan itu sendiri. Pada tahun 594 bangsa cina menggunakan metode penyekaan terhadap cetakan yang terbuat dari sebuah kayu. Selanjutnya alat pencetak bergerak, pertama kali ditemukan oleh Johann Gutenberg pada tahun 1450 yang memungkinkan Alkitab menjadi buku pertama yang diporduksi secara massal. Beliau dilahirkandi Mainz,Germanypada 1397. Beliau berasal daripada satu keluarga bangsawan, Idea Gutenberg yang terpenting tercetus ketika dia bekerja sebagai tukang emas diMainz.
Dia mendapat buah fikiran untuk menghasilkan surat pengampunan dengan membentuk cop huruf untuk mencetak surat pengampunan dengan banyak agar dia boleh mendapat banyak wang untuk membayar hutang-hutangnya ketika dia bekerja sebagai tukang logam dahulu. Pada masa itu buku dansuratditulis dengan tulisan skrip gotik dengan tangan dan mengandungi banyak kesalahan ketika penyalinan serta lambat. Oleh itu, Gutenbert mula membuat acuan huruf logam dengan menggunakan timah hitam untuk membentuk huruf skrip gotik. Pada permulaannya Gutenberg terpaksa menghasilkan hampir 300 bentuk huruf untuk meniru bentuk tulisan tangan yang bersambung-sambung. Setelah itu Gutenberg membuat mesin cetak yang bergerak untuk mencetak. Mesin cetak bergerak inilah sumbangan terbesar Gutenberg. Setelah menyempurnakan mesin cetak bergeraknya, Gutenberg mula mencetak beribu-ribusuratpengampunan yang disalah gunakan oleh Gereja Katolik untuk mendapatkan wang. Kemudian dari sanalah mulai terus dikembangkan berbagai macam alat cetak oleh para pengembang, hingga sampai saat ini tercipta printer sebagai alat cetak masa kini.
Kini saya akan memaparkan khusus tentang plakat yang dipegang salah seorang siswa Normaalschool Jember (tahun 1923) yang bertuliskan ABD. MOEKI.
Tampak jelas bahwa plakat ini terbuat dari bahan kertas tebal dengan tulisan yang sangat presisi.
Let’s go !!!
Sekilas tentang sejarah percetakan sejarah percetakan perkembangan printer, ketika orang-orang Cina pertama kali menemukan teknik percetakan pada abad ke-14, mungkin ketika itu tidak terbayangkan kalau perkembangan teknik percetakan dewasa ini akan maju sangat pesat melebihi bayangan yang ada pertama kali ketika menemukan percetakan itu sendiri. Pada tahun 594 bangsa cina menggunakan metode penyekaan terhadap cetakan yang terbuat dari sebuah kayu. Selanjutnya alat pencetak bergerak, pertama kali ditemukan oleh Johann Gutenberg pada tahun 1450 yang memungkinkan Alkitab menjadi buku pertama yang diporduksi secara massal. Beliau dilahirkandi Mainz,Germanypada 1397. Beliau berasal daripada satu keluarga bangsawan, Idea Gutenberg yang terpenting tercetus ketika dia bekerja sebagai tukang emas diMainz.
Dia mendapat buah fikiran untuk menghasilkan surat pengampunan dengan membentuk cop huruf untuk mencetak surat pengampunan dengan banyak agar dia boleh mendapat banyak wang untuk membayar hutang-hutangnya ketika dia bekerja sebagai tukang logam dahulu. Pada masa itu buku dansuratditulis dengan tulisan skrip gotik dengan tangan dan mengandungi banyak kesalahan ketika penyalinan serta lambat. Oleh itu, Gutenbert mula membuat acuan huruf logam dengan menggunakan timah hitam untuk membentuk huruf skrip gotik. Pada permulaannya Gutenberg terpaksa menghasilkan hampir 300 bentuk huruf untuk meniru bentuk tulisan tangan yang bersambung-sambung. Setelah itu Gutenberg membuat mesin cetak yang bergerak untuk mencetak. Mesin cetak bergerak inilah sumbangan terbesar Gutenberg. Setelah menyempurnakan mesin cetak bergeraknya, Gutenberg mula mencetak beribu-ribusuratpengampunan yang disalah gunakan oleh Gereja Katolik untuk mendapatkan wang. Kemudian dari sanalah mulai terus dikembangkan berbagai macam alat cetak oleh para pengembang, hingga sampai saat ini tercipta printer sebagai alat cetak masa kini.
Kini saya akan memaparkan khusus tentang plakat yang dipegang salah seorang siswa Normaalschool Jember (tahun 1923) yang bertuliskan ABD. MOEKI.
Tampak jelas bahwa plakat ini terbuat dari bahan kertas tebal dengan tulisan yang sangat presisi.
Plakat ABD. MOEKI
Pertanyaannya, apakah di tahun 1923 di Jember (dan sekitarnya) sudah ada percetakan dan otomatis juga dengan produksi kertas?
Sejarah Percetakan di Negeri Ini
Sejarah percetakan dunia dimulai dari penemuan seorang warga negara Jerman bernama Johan Gutenburg, tahun 1450.
Di Indonesia sendiri, sejarah percetakan dimulai sejak 1624, 28 setelah kedatangan Belanda ke negeri ini. Para misionaris Protestan Belanda memperkenalkan percetakan dengan membeli sebuah mesin cetak (dari negerinya sendiri). Tujuannya untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah, sehubungan dengan keperluan penginjilan. Namun mesin cetak itu menganggur oleh sebab tak ada tenaga operator yang menjalankannya. Baru pada tahun 35 tahun kemudian (1659), Kornelis Pijl memprakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis almanak, atau buku waktu. Inilah titik awal perkenalan kita dengan mesin cetak. (sumber: percetakanku.co.id)
Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan sejarah perjalanan surat kabar. Berikut adalah beberapa catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia, masih dari sumber yang sama. Untuk menyingkat ruang, sebagian besar akan saya tampilkan secara spoiler.
Pertanyaannya, apakah di tahun 1923 di Jember (dan sekitarnya) sudah ada percetakan dan otomatis juga dengan produksi kertas?
Sejarah Percetakan di Negeri Ini
Sejarah percetakan dunia dimulai dari penemuan seorang warga negara Jerman bernama Johan Gutenburg, tahun 1450.
Di Indonesia sendiri, sejarah percetakan dimulai sejak 1624, 28 setelah kedatangan Belanda ke negeri ini. Para misionaris Protestan Belanda memperkenalkan percetakan dengan membeli sebuah mesin cetak (dari negerinya sendiri). Tujuannya untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah, sehubungan dengan keperluan penginjilan. Namun mesin cetak itu menganggur oleh sebab tak ada tenaga operator yang menjalankannya. Baru pada tahun 35 tahun kemudian (1659), Kornelis Pijl memprakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis almanak, atau buku waktu. Inilah titik awal perkenalan kita dengan mesin cetak. (sumber: percetakanku.co.id)
Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan sejarah perjalanan surat kabar. Berikut adalah beberapa catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia, masih dari sumber yang sama. Untuk menyingkat ruang, sebagian besar akan saya tampilkan secara spoiler.
Sejarah Percetakan di Negeri Ini
Sejarah percetakan dunia dimulai dari penemuan seorang warga negara Jerman bernama Johan Gutenburg, tahun 1450.
Di Indonesia sendiri, sejarah percetakan dimulai sejak 1624, 28 setelah kedatangan Belanda ke negeri ini. Para misionaris Protestan Belanda memperkenalkan percetakan dengan membeli sebuah mesin cetak (dari negerinya sendiri). Tujuannya untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah, sehubungan dengan keperluan penginjilan. Namun mesin cetak itu menganggur oleh sebab tak ada tenaga operator yang menjalankannya. Baru pada tahun 35 tahun kemudian (1659), Kornelis Pijl memprakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis almanak, atau buku waktu. Inilah titik awal perkenalan kita dengan mesin cetak. (sumber: percetakanku.co.id)
Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan sejarah perjalanan surat kabar. Berikut adalah beberapa catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia, masih dari sumber yang sama. Untuk menyingkat ruang, sebagian besar akan saya tampilkan secara spoiler.
Catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia:
1921-1922:
Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang, dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.
1939-1940:
Pabrik kertas kedua dibangun di Jawa Timur, dekat daerah Letjes, Probolinggo, oleh pemilik pabrik yang sama dengan yang di Padalarang.
Catatan waktu percetakan setelah kemerdekaan:
Pada jarak yang sangat dekat, yaitu sepuluh tahun berikutnya (1933), di Jember juga sudah ada mesin cetak milik pribadi (Kwee Thiam Tjing), plus juga menerbitkan koran Pembrita Djember. Koran lain yang ada di Jember waktu itu adalah De Oosthoek Bode, koran berbahasa Belanda pimpinan Brunswijk van Hulten.
Sangat hebat, jempol untuk Bapak Kwee Thiam Tjing. Di tahun tersebut, adalah sulit memiliki percetakan pribadi. Perhitungan saya sederhana. Pada tahun 1949 saja, para penerbit pribumi mengeluhkan bahwa di Jakarta hanya terdapat dua percetakan yang dimiliki orang Indonesia asli, selebihnya milik warga Belanda. Meskipun hal itu berubah sejak 1950 ke atas (banyak warga Indonesia yang memiliki percetakan pribadi) tetap saja saya salut pada percetakan pribadi Bapak Kwee Thiam Tjing dan koran Pembrita-nya. Itu membuat daerah se-ndlesep Jember terlihat keren.
Kesimpulan
Saya kira, terjawab sudah rasa penasaran ini pada tulisan di plakat tersebut, kenapa bisa se-presisi itu. Ternyata pada era 1920-an, percetakan di nusantara sudah memiliki bentuknya meskipun masih belum sempurna benar.
Perkembangan dunia percetakan Indonesia selanjutnya..
Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) mencatat, bahwa pada akhir dekade 1970-an, di Indonesia terdapat sekitar 1.700 perusahaan percetakan.
Pernyataan di atas sempat dikutip oleh Eduard Kimman dalam tesisnya yang dibukukan tahun 1981. Dengan pertimbangan banyaknya percetakan kecil yang tidak terdaftar di PPGI, Eduard memerkirakan pada saat itu di Indonesia ada sekitar 15.000 percetakan.
Bagaimana dengan jumlah percetakan saat ini? Tentunya jauh lebih besar, sebab dunia percetakan adalah bisnis yang berkembang sangat pesat.
Sejarah percetakan dunia dimulai dari penemuan seorang warga negara Jerman bernama Johan Gutenburg, tahun 1450.
Di Indonesia sendiri, sejarah percetakan dimulai sejak 1624, 28 setelah kedatangan Belanda ke negeri ini. Para misionaris Protestan Belanda memperkenalkan percetakan dengan membeli sebuah mesin cetak (dari negerinya sendiri). Tujuannya untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah, sehubungan dengan keperluan penginjilan. Namun mesin cetak itu menganggur oleh sebab tak ada tenaga operator yang menjalankannya. Baru pada tahun 35 tahun kemudian (1659), Kornelis Pijl memprakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis almanak, atau buku waktu. Inilah titik awal perkenalan kita dengan mesin cetak. (sumber: percetakanku.co.id)
Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan sejarah perjalanan surat kabar. Berikut adalah beberapa catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia, masih dari sumber yang sama. Untuk menyingkat ruang, sebagian besar akan saya tampilkan secara spoiler.
Catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia:
1921-1922:
Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang, dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.
1939-1940:
Pabrik kertas kedua dibangun di Jawa Timur, dekat daerah Letjes, Probolinggo, oleh pemilik pabrik yang sama dengan yang di Padalarang.
Catatan waktu percetakan setelah kemerdekaan:
Pada jarak yang sangat dekat, yaitu sepuluh tahun berikutnya (1933), di Jember juga sudah ada mesin cetak milik pribadi (Kwee Thiam Tjing), plus juga menerbitkan koran Pembrita Djember. Koran lain yang ada di Jember waktu itu adalah De Oosthoek Bode, koran berbahasa Belanda pimpinan Brunswijk van Hulten.
Sangat hebat, jempol untuk Bapak Kwee Thiam Tjing. Di tahun tersebut, adalah sulit memiliki percetakan pribadi. Perhitungan saya sederhana. Pada tahun 1949 saja, para penerbit pribumi mengeluhkan bahwa di Jakarta hanya terdapat dua percetakan yang dimiliki orang Indonesia asli, selebihnya milik warga Belanda. Meskipun hal itu berubah sejak 1950 ke atas (banyak warga Indonesia yang memiliki percetakan pribadi) tetap saja saya salut pada percetakan pribadi Bapak Kwee Thiam Tjing dan koran Pembrita-nya. Itu membuat daerah se-ndlesep Jember terlihat keren.
Kesimpulan
Saya kira, terjawab sudah rasa penasaran ini pada tulisan di plakat tersebut, kenapa bisa se-presisi itu. Ternyata pada era 1920-an, percetakan di nusantara sudah memiliki bentuknya meskipun masih belum sempurna benar.
Perkembangan dunia percetakan Indonesia selanjutnya..
Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) mencatat, bahwa pada akhir dekade 1970-an, di Indonesia terdapat sekitar 1.700 perusahaan percetakan.
Pernyataan di atas sempat dikutip oleh Eduard Kimman dalam tesisnya yang dibukukan tahun 1981. Dengan pertimbangan banyaknya percetakan kecil yang tidak terdaftar di PPGI, Eduard memerkirakan pada saat itu di Indonesia ada sekitar 15.000 percetakan.
Bagaimana dengan jumlah percetakan saat ini? Tentunya jauh lebih besar, sebab dunia percetakan adalah bisnis yang berkembang sangat pesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar